Nuzulul Qur’an adalah malam diturunkannya al-Qur’an. Malam itu Rasulullah SAW sedang khalwat di Gua Hiro ‘, tiba-tiba datang malaikat Jibril yang selanjutnya menyampaikan wahyu yang pertama, yakni surat al Alaq ayat 1-5. ” Iqro ” kata malaikat Jibril, tetapi Rasulullah menjawab tidak bisa. Dari hal ini kita dapat menyakini bahwa al Qur’an adalah Kalamullah , bukan buatan karena Rasulullah SAW dalam keadaan belum bisa membaca. Lantas malaikat Jibril mengajar Beliau.
Malaikat Jibril melaksanakan dan melepaskan Rasulullah SAW. Hal ini diulanginya sebanyak 3 kali. Setiap kali menerapkan, Malaikat Jibril berkata, “ Iqra ‘!” artinya “Bacalah”. “Aku tidak bisa membaca,” jawab Rasulullah. “Iqra ‘bismi rabbikal ladzi khalaq, khalaqal insana min alaq. Iqra wa rabbukal akram. Alldzi allama bil qalam. Allamal bil qalam. Allamal insana ma lam ya’lam, ” wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril Rasulullah. Malam adalah malam yang luar biasa diturunkannya al Qur’an tepat pada tanggal 17 Ramadhan.
Dalam riwayat Imam Bukhari dari sayyidah Asiyah RA. Istilah Bulan Ramadhan disebut sebagai turunnya Al-Qur’an pada Surat Al-Baqarah ayat 185. Sedangkan malaikat yang turun membawa wahyu adalah Ruh Amin atau Ruh Kudus yang disepakati sebagai Jibril oleh mufassirin di surat As-Syu’ara ayat 193-195 dan Surat An-Nahl ayat 102. al Qur’an sendiri turun di dua tempat, yaitu Makkah dan Madinah.
Dengan belajar al-Qur’an, akan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pandangan, menemukan perspektif dan paradigma baru, serta menemukan hal-hal yang baru pula. Lebih dalam lagi belajar tentang kandungan al-Qur’an dapat mendorong lebih meyakini kebenaran dan keunikan kandungannya, ini semua menunjukkan kebesaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Perkasa atas segala ciptaanNya. Al Qur’an memiliki keunikan / kekhasan dalam penyampaian pesan-pesan yang dikandungnya semenjak awal diturunkannya al Qu’an sampai ayat terakhir turun.
Manusia dengan kematangan jiwanya dapat menyerap dan mengimplementasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat ( hablum minanas), serta ketundukan dan pengawasan kepada Allah (hablum minallah) dari sisi psikologisnya, sehingga manusia dapat memilih dan memilah untuk dapat menyeimbangkan antara kehidupan dunia sebagai bekal hidup untuk menuju alam akhirat, dunia bahagia dan akhirat sejahtera karena mengikuti tuntunan yang ada pada al-Qur’an seperti yang dipraktekkan dalam kehidupan pribadi Rasul Muhammad Saw dalam bentuk sunnah-sunahnya.
(SmadafMedia / HM)
Temukan kami:
Instagram: https://instagram.com/alrifaie2.shs/
Facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=100010852601767
YouTube: https://youtube.com/channel/UC1styt9grAUDwvDgaQOThtg
Referensi:
nu.online.com
Jurnal Medina-te, Vol. 16 No.1, Juni